Jumat, 18 November 2011

Sabang



Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan.
Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang  selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut mempengaruhi kondisi Sabang  dimana  pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibombardir pesawat Sekutu dan mengalami  kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia  Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor  9/MP/50. Semua aset Pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965  dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk  membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas.
Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.
Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya.diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No. 171 tanggal 28 September 1998.
Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid di Sabang dengan diterbitkannya Inpres No. 2 tahun 2000 pada tanggal 22 Januari 2000. Dan kemudian diterbitkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2000 tanggal 1 September 2000 selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.
Aktifitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002 mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke Kawasan Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktifitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan sebagai Daerah Darurat Militer.
Sabang juga mengalami Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari tsunami. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit Udara dan Laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh. Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman material kontruksi dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh

Selasa, 01 November 2011

Pesona Pantai Sumur Tiga Sabang

SABANG - Pulau Sabang, Aceh memang bertabur keindahan. Banyak objek wisata bahari terdapat di Pulau nol kilometer Indonesia ini. Salah satunya pantai Sumur Tiga, pantai berpasir putih nan eksotik. 

Berada di pantai ini saat siang, kita akan disambut dengan sebuah lukisan alam yang menakjubkan.


Hembusan angin beraroma laut menggoyang nyiur yang berjejer di kaki bukit yang mengikuti pantai. Pada onggokan bukit beberapa bungalow terpacak-pacak di sela pohon-pohon kelapa tumbuh tak beraturan.
 Menghabiskan liburan ke pantai ini sungguh menyenangkan. Sumur Tiga adalah salah satu pantai yang menjadi tujuan wisata turis mancanegara di Sabang. Keindahannya yang membuat banyak wisatawan jatuh cinta dengan pantai ini.

Fasilitas di pantai ini memadai. Selain sejumlah bungalows yang siap yang disediakan untuk penginapan, sebuah restoran dengan nuansa eksotis juga tersedia. Restoran berkonstruksi kayu ini dibangun pada onggokan bukit, tersedia menu dari dalam maupun luar negeri.

Kita bisa menikmati pemandangan dan sayup tiupan angin laut dengan bersantai di bawah payung sambil mencicipi menu-menu yang tersedia. Atau duduk santai di beranda bungalow.

Alunan daun nyiur, deburan ombak, kicauan burung bersahutan cukup membuat Anda merasa damai dalam ketenangan.

Pantai yang indah rasanya belum lengkap kalau tak ikut menceburkan tubuh ke air, menikmati deburan ombak. Sumur Tiga juga sangat cocok untuk lokasi pemandian. Ombaknya tak begitu ganas dan menariknya di lokasi ini juga terdapat terumbu karang, dengan kehadiran ikan yang berwarna-warni.

Pantai Sumur Tiga bisa dijangkau hanya sekira 10 menit dari Kota Sabang. Angkutan umum ke mari adalah angkot, yang bisa di pesan kapan saja. Perjalanan ke Sabang sendiri bisa ditempuh dari pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh. Dari sana, kapal fery KMP BRR dan dua kapal cepat siap membawa Anda ke pulau Sabang.

Jumat, 15 Juli 2011

Siwah

Siwah adalah senjata tajam sejenis dengan rencong yang juga merupakan senjata untuk menyerang. Bentuknya hampir sama dengan rencong tetapi siwaih ukurannya (baik besar maupun panjang) melebihi dari rencong. Siwaih sangat langka ditemui, selain harganya mahal, juga merupakan bahgian dari perlengkapan raja-raja atau ulebalang-ulebalang. Namun demikian untuk siwaih yang telah diberikan hiasan emas dan permata pada sarung dan gagangnya lebih berfungsi sebagai perhiasan dari pada sebagai senjata.

Rencong Aceh


Rencong adalah senjata tradisional Aceh, bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat lebih dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau ataupun pedang).

Benteng Peninggalan Jepang (Sabang)


Berada di Desa Ie Meulee, di sisi timur kota Sabang. Kawasan Wisata Benteng Jepang merupakan lokasi Peninggalan Sejarah pada masa pendudukan Jepang.

Kawasan Wisata ini terletak diatas bukit, dan melalui jalan setapak yang sudah diperbaharui, dari atas bukit ini pemandangan yang bisa dilihat sungguh indah dan mempesona.

Di lokasi wisata ini juga kita bisa temukan peninggalan kuno pada jaman Jepang, berupa benteng beserta meriamnya yang terletak di atas puncak bukit, dari sini kita juga bisa melihat pemandangan laut biru yang indah dan eksotik.

Museum Tsunami Aceh

Museum Tsunami Aceh adalah sebuah Museum untuk mengenang kembali pristiwa tsunami yang maha daysat yang menimpa Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2008 yang menelan korban lebih kurang 240,000 0rang.
       Gedung Museum Tsunami Aceh dibangun atas prakarsa beberapa lembaga yang sekaligus merangkap panitia. Di antaranya Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias sebagai penyandang anggaran bangunan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) sebagai penyandang anggaran perencanaan, studi isi dan penyediaan koleksi museum dan pedoman pengelolaan museum), Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)sebagai penyedia lahan dan pengelola museum, Pemerintah Kotamadya Banda Aceh sebagai penyedia sarana dan prasarana lingkungan museum dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)cabang NAD yang membantu penyelenggaraan sayembara prarencana museum

Menurut Eddy Purwanto sebagaiPenggagas Museum Tsunami Aceh dari BRR Aceh, Museum ini dibangun dengan 3 alasan:
1. untuk mengenang korban bencana Tsunami
2. Sebagai pusat pendidikan bagi generasi muda tentang keselamatan
3. Sebagai pusat evakuasi jika bencana tsunami datang lagi.”

Perencanaan detail Museum ,situs dan monumen tsunami akan mulai pada bulan Agustus 2006 dan pembangunan akan dibangun diatas lahan lebih kurang 10,000 persegi yang terletak di Ibukota provinsi Nanggroes Aceh Darussalam yaitu Kotamadaya Banda Aceh dengan anggaran dana sekitar Rp 140 milyar dengan rincian Rp 70 milyar dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) untuk bangunan dan setengahnya lagi dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk isinya juga berisi berbagai benda peninggalan sisa tsunami.

Pendopo Gubernur Aceh

Di sebelah barat dari makam Sultan Iskandar Muda, terdapat Pendopo Gubernur (Meuligo Aceh). Di sinilah para Gubernur Aceh bertempat tinggal. Pendopo Gubernur dibangun oleh pemerintah militer Belanda. Adapun tempat dimana bangunan ini berdiri merupakan bekas kraton kerajaan Aceh. Arsitektur bangunan Pendopo Gubernur merupakan kombinasi antara arsitektur Eropa dan Aceh.